Masalah Sajadah Yang Tidak Digubris Sang Ibu

Pagi ini sebelum berangkat ke sekolah si Istri berbicara kepadaku, dengan nada yang cukup kecewa dia menceritakan sesuatu yang membuat hatiku kembali menggerutu, dalam diceritanya bahwa saat bik saenah datang dan membawa sedikit oleh-oleh untuk keluarga kami yang baru saja tertimpa banjir bandang di desa Natam, sayapun tidak menyaksikan apa-apa saja yang dibawa, tapi yang saya tau bik saenah ini membawa nasi di rantang, sesuai tradisi adat alas kalau Tukhang Perempuan (Adik Perempuan atau Kakak perempuan) datang ke rumah Tukhang Laki-laki maka sangat di anjurkan untuk membawa Nakan Luah (Nasi Yang dibawah oleh tamu), nasi inipun saya nikmati ketika makan malam.

Disiang harinya ternyata bik saenah tadi tadi membawa barang yang berbentuk sajadah ada beberapa, sehingga ayah mengatakan kepada Ibu untuk memberikan itu kepada Saya " Khe ken plin me kandi e" ucap ayah kepada ibu, saat pembicaraan itu terjadi Istriku juga ada disitu dan menyaksikan kalau ibu tidak menggubris perkataan ayah dan seolah tidak mendengar apa yang dibicarakan ayah padahal ayah mengatakan itu cukup keras.

Dalam kondisi seperti inilah, sangat terasa perbedaan antara aku dan yang lainnya, yang paling ku sesali perkataan yang seperti ini seharusnya tidak sampai ke telingaku, karna ini akan membuat aku jatuh banget.

Post a Comment

0 Comments